Minggu, 20 November 2011

SEKILAS TENTANG DESA GIRIKERTO

Photo: Robert Adhi Kusumaputra
(flickr.com)
Girikerto   adalah sebuah desa di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa Girikerto merupakan wilayah yang terdiri dari empat kelurahan, yakni: Kelurahan Tanggung, Ngandong, Nangsri Lor, dan Kemirikebo. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu Desa otonom dengan nama Desa Girikerto. Girikerto kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan.
Wilayah Desa Girikerto merupakan wilayah agraris yang subur sehingga hampir semua penduduknya bersawah dan berkebun. Tanaman yang menjadi komoditas utama adalah salak dan padi. Buah-buahan lain juga tumbuh dengan subur di wilayah ini. Selain itu, beberapa warga juga beternak. Salah satu yang terkenal adalah peternakan kambing PE (Peranakan Etawa) di Dusun Nganggring. Kambing ini memiliki postur yang bagus dan berukuran besar serta menghasilkan susu yang bermanfaat bagi kesehatan.
Kirab Budaya Ngrowod atau Ngleluri Ombyaking Warga Hametri Kuncara Desa merupakan rangkaian kegiatan bersih desa untuk mensyukuri karunia dari Tuhan. Rangkaian acara diantaranya adalah membersihkan lingkungan, pentas seni, dialog budaya, lomba kesenian dan juga kegiatan pengajian. Acara juga ditandai dengan kegiatan kirab kirab dan arak-arakan 13 kendi yang berisi air dari Sendang Panguripan, dam tumpeng Ngrowod.
Sebelum kirab, akan dilakukan pengambilan air dari Sendang Panguripan, yang terletak di kampung Nangsri. Ditempat tersebut dipercaya masyarakat setempat bersemayam arwah Kyai dan Nyai Guno Yudo, Nawang Wulan, Nawang Sari dan Nawang Sih. Jumlah 13 kendi melambangkan jumlah padukuhan di Desa Girikerto. Selanjutnya kendi-kendi ini dibawa oleh putra-putri domas yang menggunakan pakaian kebaya menuju Umbul Nangsri. Dengan dikawal oleh barisan prajurit lengkap dengan seragam dan senjata lengkap prajurit adat Jawa, rombongan berjalan kaki sekitar 1,5 km.
Sedangkan Tumpeng Ngrowot dibuat dari hasil bumi yang berasal dari krowotan (umbi-umbian) antara lain uwi, gembili, gadung, tela, garut, suweg dan lainnya yang dikemas dalam satu tatanan. Ngrowot dalam pengertian Masyarakat Jawa berkaitan dengan kegiatan menjalankan puasa dengan hanya makan umbi-umbian. (wikipedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.